our talented artist sketch
after colouring
based from our calendar design 2011, cerita rakyat nusantara
beginilah ceritanya...
Legenda Aryo Menak
Aryo Menak adalah seorang pemuda yang sangat
gemar mengembara ke tengah hutan. Pada suatu bulan purnama, ketika dia
beristirahat dibawah pohon di dekat sebuah danau, dilihatnya cahaya
sangat terang berpendar di pinggir danau itu. Perlahan-lahan ia
mendekati sumber cahaya tadi. Alangkah terkejutnya, ketika dilihatnya
tujuh orang bidadari sedang mandi dan bersenda gurau
disana.
Ia sangat terpesona oleh kecantikan mereka. Timbul keinginannya untuk
memiliki seorang diantara mereka. Iapun mengendap-endap, kemudian dengan
secepatnya diambil sebuah selendang dari bidadari-bidadari itu.
Tak lama kemudian, para bidadari itu selesai mandi dan bergegas
mengambil pakaiannya masing-masing. Merekapun terbang ke istananya di
sorga kecuali yang termuda. Bidadari itu tidak dapat terbang tanpa
selendangnya. Iapun sedih dan menangis.
Aryo Menak kemudian
mendekatinya. Ia berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Ditanyakannya
apa yang terjadi pada bidadari itu. Lalu ia mengatakan: “Ini mungkin
sudah kehendak para dewa agar bidadari berdiam di bumi untuk sementara
waktu. Janganlah bersedih. Saya akan berjanji menemani dan menghiburmu.”
Bidadari itu rupanya percaya dengan omongan Arya Menak. Iapun tidak
menolak ketika Arya Menak menawarkan padanya untuk tinggal di rumah Arya
Menak. Selanjutnya Arya Menak melamarnya. Bidadari itupun menerimanya.
Dikisahkan, bahwa bidadari itu masih memiliki kekuatan gaib. Ia dapat
memasak sepanci nasi hanya dari sebutir beras. Syaratnya adalah Arya
Menak tidak boleh menyaksikannya.
Pada suatu hari, Arya Menak
menjadi penasaran. Beras di lumbungnya tidak pernah berkurang meskipun
bidadari memasaknya setiap hari. Ketika isterinya tidak ada dirumah, ia
mengendap ke dapur dan membuka panci tempat isterinya memasak nasi.
Tindakan ini membuat kekuatan gaib isterinya sirna.
Bidadari
sangat terkejut mengetahui apa yang terjadi. Mulai saat itu, ia harus
memasak beras dari lumbungnya Arya Menak. Lama kelamaan beras itupun
makin berkurang. Pada suatu hari, dasar lumbungnya sudah kelihatan.
Alangkah terkejutnya bidadari itu ketika dilihatnya tersembul
selendangnya yang hilang. Begitu melihat selendang tersebut, timbul
keinginannya untuk pulang ke sorga. Pada suatu malam, ia mengenakan
kembali semua pakaian sorganya. Tubuhnya menjadi ringan, iapun dapat
terbang ke istananya.
Arya Menak menjadi sangat sedih. Karena
keingintahuannya, bidadari meninggalkannya. Sejak saat itu ia dan anak
keturunannya berpantang untuk memakan nasi
(Disadur dari Ny. S.D.B. Aman,”Aryo Menak and His Wife,” Folk Tales From Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1976)